sejarah pencak silat - www.healthnote25.com |
Nenek moyang bangsa
Indonesia telah memiliki cara pembelaan diri yang ditujukan untuk melindungi
dan mempertahankan kehidupannya atau kelompoknya dari tantangan alam.
Mereka menciptakan bela diri dengan menirukan
gerakan binatang yang ada di alam sekitarnya, seperti gerakan kera, harimau,
ular, atau burung elang. Asal mula ilmu bela diri di nusantara ini kemungkinan
juga berkembang dari keterampilan suku-suku asli Indonesia dalam berburu dan
berperang dengan menggunakan parang, perisai, dan tombak, misalnya seperti
dalam tradisi suku Nias yang hingga abad ke-20 relatif tidak tersentuh pengaruh
luar.
Silat diperkirakan menyebar
di kepulauan nusantara semenjak abad ke-7 masehi, akan tetapi asal mulanya
belum dapat ditentukan secara pasti. Kerajaan-kerajaan besar, seperti Sriwijaya
dan Majapahit disebutkan memiliki pendekar-pendekar besar yang menguasai ilmu
bela diri dan dapat menghimpun prajurit-prajurit yang kemahirannya dalam pembelaan
diri dapat diandalkan.
Peneliti silat Donald F. Draeger berpendapat
bahwa bukti adanya seni bela diri bisa dilihat dari berbagai artefak senjata
yang ditemukan dari masa klasik (Hindu-Budha) serta pada pahatan relief-relief
yang berisikan sikap-sikap kuda-kuda silat di candi Prambanan dan Borobudur.
Dalam bukunya, Draeger menuliskan bahwa senjata dan seni beladiri silat adalah
tak terpisahkan, bukan hanya dalam olah tubuh saja, melainkan juga pada
hubungan spiritual yang terkait erat dengan kebudayaan Indonesia. Sementara itu
Sheikh Shamsuddin (2005) berpendapat bahwa terdapat pengaruh ilmu bela diri
dari Cina dan India dalam silat. Hal ini karena sejak awal kebudayaan Melayu
telah mendapat pengaruh dari kebudayaan yang dibawa oleh pedagang maupun
perantau dari India, Cina, dan mancanegara lainnya.
Pencak silat telah dikenal
oleh sebagian besar masyarakat rumpun Melayu dalam berbagai nama. Di
semenanjung Malaysia dan Singapura, silat lebih dikenal dengan nama alirannya
yaitu gayong dan cekak. Di Thailand, pencak silat dikenal dengan nama bersilat,
dan di Filipina selatan dikenal dengan nama pasilat.[6] Dari namanya, dapat
diketahui bahwa istilah "silat" paling banyak menyebar luas, sehingga
diduga bahwa bela diri ini menyebar dari Sumatera ke berbagai kawasan di rantau
Asia Tenggara.
Tradisi silat diturunkan
secara lisan dan menyebar dari mulut ke mulut, diajarkan dari guru ke murid,
sehingga catatan tertulis mengenai asal mula silat sulit ditemukan. Sejarah
silat dikisahkan melalui legenda yang beragam dari satu daerah ke daerah lain.
Legenda Minangkabau, silat (bahasa Minangkabau: silek) diciptakan oleh Datuk
Suri Diraja dari Pariangan, Tanah Datar di kaki Gunung Marapi pada abad ke-11.
Kemudian silek dibawa dan dikembangkan oleh para perantau Minang ke seluruh
Asia Tenggara. Demikian pula cerita rakyat mengenai asal mula silat aliran
Cimande, yang mengisahkan seorang perempuan yang mencontoh gerakan pertarungan
antara harimau dan monyet. Setiap daerah umumnya memiliki tokoh persilatan
(pendekar) yang dibanggakan, misalnya Prabu Siliwangi sebagai tokoh pencak
silat Sunda Pajajaran, Hang Tuah panglima Malaka, Gajah Mada mahapatih
Majapahit[butuh rujukan] dan Si Pitung dari Betawi.
Perkembangan silat secara
historis mulai tercatat ketika penyebarannya banyak dipengaruhi oleh kaum
penyebar agama Islam pada abad ke-14 di nusantara. Kala itu pencak silat
diajarkan bersama-sama dengan pelajaran agama di surau atau pesantren. Silat
menjadi bagian dari latihan spiritual.
Dalam budaya beberapa suku bangsa di
Indonesia, pencak silat merupakan bagian tak terpisahkan dalam upacara adatnya.
Misalnya kesenian tari Randai yang tak lain adalah gerakan silek Minangkabau
kerap ditampilkan dalam berbagai perhelatan dan acara adat Minangkabau.
Dalam
prosesi pernikahan adat Betawi terdapat tradisi "palang pintu", yaitu
peragaan silat Betawi yang dikemas dalam sebuah sandiwara kecil. Acara ini
biasanya digelar sebelum akad nikah, yaitu sebuah drama kecil yang menceritakan
rombongan pengantin pria dalam perjalanannya menuju rumah pengantin wanita
dihadang oleh jawara (pendekar) kampung setempat yang dikisahkan juga menaruh
hati kepada pengantin wanita. Maka terjadilah pertarungan silat di tengah jalan
antara jawara-jawara penghadang dengan pendekar-pendekar pengiring pengantin
pria yang tentu saja dimenangkan oleh para pengawal pengantin pria.
Silat lalu berkembang dari
ilmu beladiri dan seni tari rakyat, menjadi bagian dari pendidikan bela negara
untuk menghadapi penjajah asing. Dalam sejarah perjuangan melawan penjajah
Belanda, tercatat para pendekar yang mengangkat senjata, seperti Panembahan
Senopati, Sultan Agung, Pangeran Diponegoro, Teuku Cik Di Tiro, Teuku Umar,
Imam Bonjol, serta para pendekar wanita, seperti Sabai Nan Aluih, Cut Nyak
Dhien, dan Cut Nyak Meutia.
Silat saat ini telah diakui
sebagai budaya suku Melayu dalam pengertian yang luas,[ yaitu para penduduk
daerah pesisir pulau Sumatera dan Semenanjung Malaka, serta berbagai kelompok
etnik lainnya yang menggunakan lingua franca bahasa Melayu di berbagai daerah
di Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan pulau-pulau lain-lainnya yang juga
mengembangkan beladiri ini.
Menyadari pentingnya
mengembangkan peranan pencak silat maka dirasa perlu adanya organisasi pencak
silat yang bersifat nasional, yang dapat pula mengikat aliran-aliran pencak
silat di seluruh Indonesia. Pada tanggal 18 Mei 1948, terbentuklah Ikatan Pencak
Silat Indonesia (IPSI) Kini IPSI tercatat sebagai organisasi silat nasional
tertua di dunia.
Pada 11 Maret 1980,
Persatuan Pencak Silat Antarbangsa (Persilat) didirikan atas prakarsa Eddie M.
Nalapraya (Indonesia), yang saat itu menjabat ketua IPSI. Acara tersebut juga
dihadiri oleh perwakilan dari Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.
Keempat negara itu termasuk Indonesia, ditetapkan sebagai pendiri Persilat.
Beberapa organisasi silat
nasional antara lain adalah Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) di Indonesia,
Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia (PESAKA) di Malaysia, Persekutuan Silat
Singapore (PERSIS) di Singapura, dan Persekutuan Silat Brunei Darussalam (PERSIB)
di Brunei. Telah tumbuh pula puluhan perguruan-perguruan silat di Amerika
Serikat dan Eropa. Silat kini telah secara resmi masuk sebagai cabang olahraga
dalam pertandingan internasional, khususnya dipertandingkan dalam SEA Games.
0 Comment to "Sejarah Pencak Silat "
Post a Comment